|
Gedung Lt 4 Rumah Singgah Pascasarjana UIN Maliki Malang |
MANAJEMEN PENGEMBANGAN MUTU PEMBELAJARAN
BERBASIS ICT
(Information And Communication Technology)
Oleh :
Amru
Almu’tasim
NIDN : 2105097901
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) atau dikenal Information And Communication Technology (ICT) telah
mempermudah kehidupan manusia saat ini.
Sebut saja telepon
genggam, televisi, komputer
dan internet. Teknologi tersebut
sangat memudahkan manusia untuk mencari,
menyebarluaskan dan mengolah informasi dengan begitu cepatnya. Perubahan telah
terjadi pada setiap aspek
kehidupan, salah satunya
dalam bidang pendidikan.
Kedekatan para siswa terhadap teknologi
tidak terelakkan, karena
inilah zaman mereka,
karena mereka terlahir di era digital. Mereka akan cepat beradaptasi
dengan kelahiran teknologi baru. Saat
ini ataukah nanti,
para siswa akan
berhadapan dengan teknologi
untuk menyelesaikan permasalahan di dunia nyata dalam pekerjaannya. Para
siswa harus dipersiapkan untuk sukses
dalam menghadapi masa
depan, sehingga kebutuhan penguasaan ICT untuk para siswa tidak dapat dielakkan lagi. Masa depan
bangsa terletak dalam tangan generasi muda. Mutu bangsa di kemudian hari
bergantung pada pendidikan yang dilakukan
oleh anak-anak sekarang,
terutama melalui pendidikan formal yang diterima di sekolah.
Peran
ICT yang cenderung mempermudah pemenuhan kebutuhan manusia akan informasi
dan komunikasi memang
telah memasuki setiap
dimensi kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pendidikan. Pendidikan merupakan sumber kemajuan bangsa yang sangat menentukan
daya saing bangsa. Dengan demikian,
sektor pendidikan harus terus
menerus ditingkatkan mutunya. Fakta saat ini menunjukkan bahwa faktor kesenjangan pendidikan menjadi
salah satu faktor utama dalam meningkatkan mutu pendidikan. Mutu pendidikan
merupakan gambaran dari citra dan kualitas suatu bangsa.
Mutu
pendidikan menentukan kualitas dan daya saing peserta didik di masa mendatang.
Mutu pendidikan salah satunya dapat diukur dari hasil belajar siswa. Hasil
belajar merupakan indikator
bahwa seseorang telah
mengalami proses belajar. Hal tersebut akan terlihat dari perubahan
tingkah laku yang dapat diamati dari penampilan orang tersebut. Penampilan itu
dapat bermacam-macam mulai yang paling
sederhana seperti yang
dilakukan anak-anak, sampai
pada sesuatu yang amat kompleks seperti pada pemecahan masalah yang dilakukan oleh orang dewasa. Penampilan
seseorang dapat pula dijadikan bukti atau hasil belajar walaupun bermacam-macam, dan dapat diklasifikasikan
dalam dimensi - dimensi tertentu. Setiap
penampilan tersebut didasari oleh ciri-ciri formal, yaitu yang berupa
kompetensi dan kapabilitas, kemampuan dan kecakapan. Adanya kompetensi dan kapabilitas inilah yang akan memungkinkan seseorang melakukan aktivitas
(penampilan) tertentu. Namun
untuk mencapai hasil belajar yang maksimal
tidaklah semudah membalikkan
telapak tangan karena
selalu ditemukan
kesenjangan-kesenjangan.
Kesenjangan mutu pendidikan
tersebut selain disebabkan karena faktor
sarana dan prasarana
yang belum memadai, sumber daya manusia yang masih
terbatas juga Pembelajaran yang belum siap untuk menyongsong masa yang akan
datang.
Pembelajaran merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan
suatu pendidikan. Tanpa Pembelajaran
yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan
yang diinginkan. Pelaksanaan sistem pendidikan di sekolah dilakukan
dengan mendasarkan diri
pada sebuah sistem
yang telah direncanakan secara sistematis untuk mencapai sebuah tujuan.
Sistem perencanaan sistematis inilah yang disebut Pembelajaran. Perencanaan
sistematis ini menjadikan pendidikan sekolah formal berbeda dengan pendidikan
keluarga yang tanpa didasari oleh perencanaan sehingga pendidikan sekolah
begitu diminati dan dipercaya oleh orangtua
siswa untuk merubah
anak-anak mereka menjadi berkualitas dan
berkemampuan baik pada
domain kognitif, afektif
maupun psikomotorik. Kiranya
tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kemampuan dan keterampilan yang
dimiliki oleh para lulusan suatu lembaga pendidikan sangat
dipengaruhi oleh Pembelajaran
yang dijalankan. Pembelajaran
dan pembelajaran memiliki
keterkaitan yang sangat erat dan tidak bisa
dipisahkan satu sama lain. Menurut
Zais, kebaikan suatu Pembelajaran tidak
dapat dinilai dari
dokumen tertulisnya saja, melainkan
harus dinilai dalam
proses pelaksanaan fungsinya dalam kelas (kegiatan pembelajaran).
Pembelajaran bukan hanya merupakan rencana tertulis bagi
pengajaran, melainkan sesuatu
yang fungsional yang
beroperasi dalam kelas, yang memberi pedoman dan mengatur lingkungan dan
kegiatan yang berlangsung di dalam kelas.
Dalam pendidikan formal,
Pembelajaran memegang kedudukan
sentral. Pembelajaran berkaitan erat dengan penentuan arah, isi dan
proses pendidikan yang pada akhirnya menentukan kualifikasi lulusan suatu
lembaga pendidikan. Banyak pihak
menganggap Pembelajaran sebagai
“rel” yang menentukan
akan kemana pendidikaan diarahkan.
Pembelajaran menentukan jenis dan
kualitas pengetahuan serta pengalaman yang memungkinkan para lulusan memiliki
wawasan global. Pembelajaran menyangkut rencana dan pelaksanaan pendidikan baik
dalam lingkup kelas, sekolah,
daerah, wilayah, maupun
nasional. Selain lembaga pendidikan, orangtua siswa juga
berkepentingan dengan Pembelajaran karena mereka selalu mengharapkan
anak-anaknya tumbuh dan berkembang
menjadi generasi yang lebih baik, lebih cerdas, dan lebih berkemampuan.Sebagai
salah satu elemen terpenting dalam penyelenggaraan pendidikan, Pembelajaran perlu dikembangkan sesuai dengan
konteks kekinian sehingga mampu memenuhi kebutuhan siswa di masa sekarang
dan mendatang. Arieh
Lewey dalam bukunya
yang berjudul Merencanakan Pembelajaran
Sekolah berpendapat bahwa
: “Karena masyarakat berada dalam keadaan yang selalu berubah, perencana Pembelajaran
harus siap menyeleksi sasaran pendidikan sesuai dengan arus utama perubahan.” Karena Pembelajaran memegang
peranan yang begitu
vital, maka sudah selayaknya penyelenggara pendidikan
melakukan inovasi Pembelajaran
sesuai konteks kekinian sebagai upaya meningkatan hasil belajar siswa,
yang kelak akan berpengaruh pula pada
kualitas dan mutu
lembaga pendidikan. Dalam
UU Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab X pasal 38 disebutkan bahwa Pembelajaran pendidikan
dasar dan menengah
dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan
pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas
pendidikan atau kantor Departemen
Agama Kabupaten/Kota untuk
pendidikan dasar dan Provinsi untuk pendidikan menengah.
Adapun salah satu prinsip pengembangan Pembelajaran adalah
fleksibilitas, yakni Pembelajaran hendaknya memiliki sifat yang lentur atau
fleksibel. Pembelajaran mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang
akan datang, di sini dan di tempat lain, bagi anak yang mempunyai latar
belakang dan kemampuan yang berbeda. Suatu Pembelajaran yang baik adalah Pembelajaran yang berisi hal-hal yang
solid, tetapi dalam
pelaksanaannya memungkinkan terjadinya
penyesuaian- penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar belakang anak. Pernyataan
di atas mengisyaratkan bahwa
pengembangan Pembelajaran merupakan sebuah keniscayaan karena berdampak
pada hasil belajar siswa, kualitas serta kemampuan siswa saat ini dan di masa
mendatang.
Apabila para pelaku
pendidikan ingin meningkatkan
prestasi sekolah mereka, tentunya
tidak terlepas dari upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolahnya.
Upaya untuk mencapai hasil atau prestasi belajar secara optimal akan sulit
dilakukan apabila pembelajaran dilakukan di kelas yang konvensional yang hanya
menuntun siswa untuk melakukan DDCH (Duduk, Dengar, Catat, Hafal). Model
pembelajaran seperti ini cenderung didominasi oleh guru melalui ceramah-
ceramahnya menyampaikan sejumlah
informasi/materi pelajaran yang
sudah disusun secara sistematis.
Pembelajaran dengan model
seperti ini tingkat partisipasi siswa sangat rendah,
siswa sering berada dalam situasi “tertekan” yang berakibat pada
tidak optimalnya pemusatan
perhatian pada kemampuan
yang harus dikuasainya. Siswa tidak mendapat kesempatan untuk melakukan
eksplorasi lingkungan sekitar, sehingga
membuat mereka terasing dengan lingkungannya dan tidak memiliki kemampuan untuk mencari dan menemukan informasi yang
diperlukannya, dan yang paling penting siswa hanya terfokus pada pengembangan
ranah kognitif, dan kurang memperhaICTan aspek afeksi (emosional, mental, dan
spiritual), serta keterampilannya. Dengan kondisi pembelajaran seperti ini akan sulit mangharapkan para siswa memiliki
kemampuan berpikir yang kritis, kreatif dan inovatif, serta memiliki karakter
dan watak yang kuat untuk menghadapi berbagai permasalahan yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
Lembaga pendidikan hendaknya
merubah paradigma pembelajarannya dengan mengembangkan
Pembelajaran, salah satunya
dengan mengintegrasikan peran ICT dalam Pembelajaran atau memanfaatkan
teknologi dalam pembelajaran. Pemanfaatan
teknologi adalah untuk
mendukung tujuan pembelajaran
serta mengintegrasikannya pada mata
pelajaran umum (bukan mata
pelajaran ICT). Lewat berbagai macam skenario pemanfaatan, selain membekali siswa dengan keterampilan teknologi dalam menyelesaikan setiap
permasalahan dalam kehidupan mereka, kegiatan
tersebut dapat membantu para siswa mendapatkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi serta berbagai
keterampilan sosial, seperti keterampilan komunikasi dan kolaborasi. Pemanfaatan ICT
dalam pembelajaran telah
ditegaskan pula oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No. 78 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasioanl pada
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah di dalam Bab II Standar Penyelenggaraan, dalam Pasal 5 Ayat 2
menyebutkan bahwa “Proses pembelajaran sebagaimana dimaksud ayat (1) menerapkan
pendekatan pembelajaran berbasis
teknologi informasi dan komunikasi, aktif, kreatif, efektif, menyenangkan
dan kontekstual.”
Di era modern
seperti sekarang ini,
peran ICT dalam kehidupan manusia
tidak dapat diragukan lagi, sehingga sudah selayaknya ICT dimanfaatkan pula
dalam bidang pendidikan. Pemanfaatan ICT dalam dunia
pendidikan, khususnya di Indonesia seringkali hanya digunakan untuk
membantu kegiatan administrasi di sekolah saja, tak ubahnya
menggantikan mesin ketik konvensional. Bahkan banyak pula sekolah-sekolah maju,
yang memiliki laboratorium
komputer dengan jumlah komputer yang memadai, hanya
memanfaatkan perangkat ICT yang ada untuk mengajarkan keterampilan
teknologi informasi saja
seperti pelatihan internet, perangkat perkantoran kepada para siswanya, tak ubahnya
seperti kelas kursus komputer pada umumnya.
Seharusnya perangkat ICT dapat
dimanfaatkan lebih jauh untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di
ruang kelas dengan
cara mengintegrasikannya ke
dalam Pembelajaran yang ada.
Pengembangan Pembelajaran berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Teknologi meliputi perangkat keras (hardware) yang
berkenaan dengan objek
fisik, material atau
peralatan teknologi tinggi
dan perangkat lunak (software)
atau teknologi sistem
(system technology) yang berkenaan dengan program-program informasi sebagai muatan atau
bahan ajar dari hardware. Teknologi dapat
dan seharusnya telah diajarkan
sejak usia dini menggunakan metode yang
disesuaikan dengan kemampuan
dan daya pikir peserta
didik. Hal ini
sesuai dengan salah
satu landasan Pembelajaran
yaitu teknologis, artinya Pembelajaran harus mampu menyesuaikan dengan
teknologi yang ada, mengadopsi dan menjadikannya isi Pembelajaran untuk
dipelajari oleh peserta didik. Terkait
dengan proses, teknologi berfungsi untuk mempermudah proses implementasi
Pembelajaran baik untuk penunjang manajemen
Pembelajaran, administrasi Pembelajaran maupun
sebagai media pembelajaran untuk membantu meningkatkan pengalaman
belajar peserta didik agar hasil belajar menjadi lebih baik dan bermakna. Proses
pembelajaran yang bermakna tidak hanya mendasarkan tujuan pembelajarannya pada aspek
pemahaman saja (kognitif), namun lebih dari itu siswa harus
mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari, yakni dalam
ranah afektif (sikap
yang ditunjukkan harus
sesuai dengan pemahamannya), serta aspek psikomotorik (gerak
tubuh/keterampilan).
Pengajar dan peserta didik dituntut untuk menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi informasi komunikasi terkini secara terus menerus.
Pengajar perlu terus mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan
teknologi informasi komunikasi
agar dapat menyampaikan materi
pembelajaran yang mutakhir dan berguna bagi kehidupan peserta didik di masa
kini dan masa yang akan datang. Dengan demikian, pengembangan Pembelajaran
yang berbasis teknologi informasi
dan komunikasi sebagai
produk dari perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam sistem pendidikan
nasional sudah tidak dapat dipisahkan. Hal ini sejalan dengan
upaya inovasi Pembelajaran
yang seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam hampir semua bidang
kehidupan.Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi diupayakan untuk mencapai
tujuan pendidikan. Tujuan tersebut akan
terwujud melalui Pembelajaran
yang dirancang dengan memperhaICTan aspek-aspek kebutuhan peserta didik,
perkembangan ilmu dan teknologi, tuntutan masyarakat serta berdasarkan analisis
situasi yang ada.
Dalam Pembelajaran berbasis ICT, peran guru bergeser dari agen
transformer pengetahuan menjadi
fasilitator dan motivator. Dalam perannya sebagai fasilitator, guru bertugas
memberikan kemudahan belajar bagi peserta didik, dan peserta didik
harus menemukan konsepnya
sendiri. Sebagai motivator,
guru bertugas memberi semangat
dalam belajar agar
siswa tidak cepat
mengalami kebosanan untuk terus menggali informasi, serta mengembangkan potensi yang dimiliki
peserta didik. Dengan memanfaatkan ICT dalam
pembelajaran, maka siswa
dituntut aktif terlibat
dalam proses pembelajaran
baik secara individu maupun kelompok misalnya kebebasan
dan keaktifan untuk mengakses informasi sebagai tambahan materi pelajaran yang
sedang dipelajari kapan pun dan di mana pun
sehingga pengetahuan dan
pemahaman siswa menjadi
semakin matang. Dengan begitu,
diharapkan siswa lebih
mudah untuk mengaplikasikan materi yang mereka pahami dalam kehidupan
nyata, terutama pada pelajaran PAI yang menekankan tujuan pembelajarannya pada
segi akhlak. Pemanfaatan ICT dalam kegiatan pembelajaran yang mendorong
keaktifan siswa diharapkan
mampu menunjang pengembangan
semua ranah kompetensi siswa,
baik kompetensi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Siswa adalah masukan
(input) utama dalam
poses belajar mengajar,
karena siswa berkemampuan untuk
aktif belajar bagi
dirinya dan seluruh
hasil usaha serta penataan pengajaran adalah agar siswa
dapat menjalankan tugas belajarnya secara ektif-efisien, dan dapat mencapai hasil belajar yang berimbang
(proporsional antar-fungsi diri), optimal serta utuh yang selaras dengan
kemampuannya.
Setelah mempertimbangkan keunggulan
teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang pendidikan, maka seyogyanya Pembelajaran
sebagai elemen terpenting dari pendidikan
juga perlu dikembangkan
sesuai dengan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi
dengan harapan dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam semua ranah, baik kognitif, afektif,
atau psikomotorik.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana mengembangkan Pembelajaran Berbasis
ICT ?
2.
Bagaimana
Model Pembelajaran Berbasis ICT ?
3.
Bagaimana
Sistem Evaluasi Pengembangan Pembelajaran Berbasis ICT ?
4.
Bagaimana
Dampak Manajemen
Pembelajaran Pendidikan menggunakan sistem ICT ?
C. Tujuan Penelitian
Dalam bukunya Prosedur
Penelitian, Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa tujuan merupakan salah satu kejelasan
unsur dari penelitian kuantitatif.
Penelitian penulis bertujuan
untuk :
1.
Mengetahui
bagaimana Manajemen Pengembangan Mutu Pembelajaran
berbasis ICT.
2.
Mengetahui Model Pembelajaran Berbasis ICT.
3.
Mengetahui
Sistem Evaluasi pengembangan Pembelajaran Berbasis ICT.
4.
Mengetahui
Dampak Manajemen
Pengembangan Pembelajaran Berbasis ICT.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah dibagi menjadi dua jenis, yaitu
untuk peneliti sendiri dan
sekaligus untuk lembaga
pendidikan yang menjadi
objek penelitian. Penelitian ini bermanfaat :
1. Sebagai
motivasi ke depan untuk terampil menggunakan perangkat teknologi canggih dalam
kegiatan pembelajaran.
2. Dijadikan
penguat teori tentang pengembangan Pembelajaran berbasis teknologi informasi
dan komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Sebagai
bahan pijakan untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa khususnya pada mata
pelajaran PAI.
4. Sebagai salah satu sumber bahan informasi peneliti selanjutnya,
dalam usaha mengembangkan manajemen Pembelajaran berbasis Teknologi Informasi
dan Komunikasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Pengembangan dan Materi Pembelajaran
1.
Pengertian
Pembelajaran
Perkembangan Information and Communication Technology (ICT) atau Teknologi Informasi
dan Komunikasi (ICT) dalam beberapa dekade terakhir berjalan sangat cepat sejalan dengan perkembangan teknologi telekomunikasi, termasuk jaringan komputer. Berbagai teknologi dan aplikasi pendukung juga telah dikembangkan sebagai
upaya untuk mendukung dan mempermudah
aktivitas
kehidupan manusia
dan
organisasi,
termasuk kegiatan belajar
mengajar dalam dunia
pendidikan.
Dalam menyikapi perkembangan dan kemajuan ICT tersebut, para dosen dan guru dituntut untuk menguasai teknologi (ICT) agar dapat mengembangkan materi-materi pembelajaran berbasis ICT dan memanfaatkan ICT sebagai media pembelajaran. Tujuannya adalah untuk
memberikan kemudahan dan
kesempatan yang lebih luas
kepada pebelajar dalam belajar.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemanfaatan ICT dalam dunia pendidikan sudah mulai memasyarakat, mulai
dari
jenjang
pendidikan dasar,
menengah, sampai
ke
perguruan tinggi, meskipun variasi dan
fokus
pemanfaatannya berbeda-beda
pada
masing-masing institusi. Beberapa sekolah, termasuk sekolah-sekolah rintisan bertaraf internasional (RSBI), sudah melengkapi diri dengan fasilitas ICT guna mendukung proses belajar mengajar. Di
setiap perguruan tinggi, termasuk perguruan-perguruan tinggi kependidikan yang mendapat
hibah dari DIKTI
untuk menyiapkan
calon-calon guru di (R)SBI, ICT sudah menjadi suatu keharusan, meskipun juga
variasi dan cakupan pemanfaatannya berbeda- beda antar perguruan tinggi.
Kehadiran dan kemajuan
ICT
di
era komunikasi global
dewasa ini
telah
memberikan peluang dan perluasan interaksi antara dosen/guru/pakar dan mahasiswa sumber-sumber belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Selain itu, dengan bantuan ICT proses
penyampaian dan penyajian materi pembelajaran maupun gagasan
dapat menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Di sisi
lain, kehadiran ICT sebagai teknologi baru memberikan
tantangan
kepada para
dosen dan
guru
untuk mampu
menguasainya
sehingga dapat
memilih dan memanfaatkan ICT secara efektif dan efisien di dalam proses belajar mengajar yang dikelolanya.
Dalam hal ini, profesionalisme guru tidak hanya mencakup kemampuan membelajarkan siswa, tetapi juga kemampuan mengelola informasi dan lingkungan (yang meliputi tempat belajar, metode,
media, sistem penilaian, serta sarana dan prasarana) untuk memfasilitasi
kegiatan belajar siswa sehingga menjadi lebih mudah
Pembelajaran adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga
pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa
melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan
pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain, dengan program kurikuler tersebut, sekolah atau lembaga
pendidikan menyediakan lingkungan pendidikan bagi siswa untuk berkembang. Pembelajaran
disusun sedemikian rupa yang memungkinkan siswa melakukan beraneka ragam
kegiatan belajar. Pembelajaran tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran,
namun meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa,
seperti : bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan sekolah, perpustakaan,
karyawan tata usaha, gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain.
Educationals interpreted to mean all of the organizied courses activities, and
experiences which pupils have under the direction of school, whether in the
classroom or not.
Berdasarkan rumusan tersebut kegiatan-kegiatan kurikuler tidak
terbatas dalam ruangan kelas, melainkan mencakup juga kegiatan diluar kelas.
Pandangan modern menjelaskan, bahwa antara kegiatan intrakurikuler dan kegiatan
ekstrakurikuler tidak ada pemisahan yang tegas. Semua kegiatan yang bertujuan
memberikan pengalaman pendidikan kepada siswa tercakup dalam Pembelajaran.
2.
Pengembangan Mutu dan
Materi Pembelajaran berbasis ICT
Pengembangan Pembelajaran merupakan inti dalam penyelenggaraan
pendidikan, dan oleh karenanya pengembangan dan pelaksanaan harus berdasarkan
pada asas-asa pembangunan secara makro. Sistem pengembangan Pembelajaran harus
berdasarkan asas-asas sebagai beriku:
1 1) Pembelajaran
dan Teknologi Informasi Komunikasi pendidikan berdasarkan pada asas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
2) Pembelajaran
dan Teknologi Informasi Komunikasi berdasarkan dan diarahkan pada asas
demokrasi pancasila.
3) Pengembangan
Pembelajaran Teknologi Informasi Komunikasi dilandasi dan diarahkan berdasarkan
keseimbangan, keserasian dan keterpaduan.
4) Pengembangan
Pembelajaran Teknologi Informasi Komunikasi dilandasi dan diarahkan berdasarkan
kemandirian dan pembentukan manusia mandiri.
5) Pengembangan
Pembelajaran Teknologi Informasi Komunikasi dilandasi dan diarahkan berdasarkan
asas pemanfaatan, pengembangan, penciptaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mengembangkan materi Pembelajaran pada hakekatnya adalah
mengembangkan materi pembelajaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Materi pembelajaran merupakan perangkat untuk mempermudah
pemahaman suatu materi pembelajaran. Kekeliruan dalam memilih materi
pembelajaran dapat menghambat proses pembelajaran dan pencapaian tujuan
pembelajaran.
Materi pembelajaran (instructional materials) adalah
pengetahuan, sikap dam keterampilan yang harus dipelajari dan memiliki peserta
didik dalam rangka mencapai kemampuan dan kompetensi yang telah ditentukan.
Didalam materi pembelajaran mencakup, kedalaman, ruang lingkup dan urutan
materi pembelajaran. Materi pembelajaran juga memudahkan tingkat penguasaan
yang harus ditampilkan peserta didik.
ICT atau TIK
mencakup semua teknologi yang dapat
digunakan untuk
menyimpan, mengolah, menampilkan, dan menyampaikan informasi dalam proses komunikasi.
Yang termasuk
teknologi ini adalah:
a. Teknologi komputer, baik
perangkat
keras
(hardware) maupun perangkat
lunak
(software)
pendukungnya. Di dalamnya termasuk
prosesor (pengolah
data),
media penyimpan data/informasi (hard disk, CD, DVD, flash disk, memori, kartu memori, dll.),
alat perekam (CD Writer, DVD Writer), alat input (keyboard, mouse, scanner, kamera,
dll.), dan alat output (layar monitor, printer, proyektor LCD, speaker, dll.).
b.
Teknologi multimedia, seperti
kamera digital, kamera
video, player suara,
player video,dll.
c.
Teknologi telekomunikasi, telepon,
telepon seluler, faksimail.
d. Teknologi jaringan
komputer, baik perangkat keras (LAN, Internet, WiFI, dll.),
maupun
perangkat lunak pendukungnya (aplikasi jaringan) seperti Web, e-mail, HTML, Java,
PHP, aplikasi basis data,
dll.
Di kalangan umum, istilah ICT lebih merujuk pada teknologi komputer. Hal ini tidaklah
mengherankan karena komputer pada saat ini selain berfungsi sebagai alat pengolah data juga dapat
berfungsi untuk
komunikasi melalui jaringan komputer
(Internet)
serta alat
multimedia
(hiburan). Hampir semua komponen ICT sekarang ini dapat dipakai secara bersama-sama dengan
komputer. Jadi, untuk saat ini istilah ICT dan komputer hampir
dapat disama artikan jika ditinjau dari fungsinya.
Berbagai
upaya telah dilakukan
oleh dunia pendidikan
untuk meningkatkan
kualitas
pendidikan, khususnya kualitas pembelajaran melalui pemanfaatan ICT.
Selain fungsinya
sebagai alat bantu pemecahan masalah manusia, ICT juga dapat
dimanfaatkan
untuk mendukung
proses
pembelajaran yang
dipercaya dapat :
1.
meningkatkan kualitas
pembelajaran
2.
memperluas akses
terhadap pendidikan dan pembelajaran
3.
mengurangi biaya pendidikan
4.
menjawab keharusan berpartisipasi
dalam ICT, dan
5. mengembangkan keterampilan ICT (ICT skills) yang diperlukan siswa ketika bekerja dan dalam kehidupannya nanti
Strategi pemanfaatan ICT di dalam pembelajaran mencakup: (1) ICT sebagai alat bantu atau media pembelajaran, (2) ICT sebagai sarana/tempat belajar, (3) ICT sebagai sumber belajar, dan (4) ICT sebagai sarana peningkatan profesionalisme.
1. ICT sebagai Alat Bantu (Media) Pembelajaran
Pendidikan berbasis ICT telah lama dimulai sejak tahun 1960an dengan pendidikan berbasis
komputer. Seiring dengan
perkembangan teori belajar, semula pemanfaatan komputer dalam pembelajaran menggunakan pendekatan teori behaviorisme. Komputer lebih banyak
digunakan untuk melakukan drill and practice. Perkembangan selanjutnya dipengaruhi oleh teori belajar konstruktivisme, komputer dimanfaatkan untuk membantu siswa menemukan
dan merumuskan pengetahuannya melalui interaksi dan eksplorasi sumber-sumber belajar
berbasis ICT. Selain itu, pemanfaatan ICT dalam pembelajaran juga mendukung teori socio-
constructivism, yakni siswa memperoleh pengalaman belajar secara bersama-sama dengan
siswa lain atau melalui interaksi dengan para pakar dengan media komunikasi berbasis ICT.
Perkembangan terkini adalah pemanfaatan ICT secara terpadu di dalam pembelajaran yang memadukan berbagai
keterampilan dan fungsi
ICT
di dalam proses
belajar mengajar. Penggunaan
ICT
sebagai
media
pembelajaran dapat
berbentuk file slide Power Point,
gambar, animasi, video, audio, program CAI (computer aided instruction), program simulasi, dan
lain-lain. Penggunaan media berbasis ICT memberikan beberapa keuntungan, antara
lain:
1.
memvisualisasikan konsep-konsep abstrak,
2.
mempermudah memahami
materi-materi yang sulit,
3.
mensimulasikan proses yang sulit dilakukan secara manual
4.
menampilkan materi pembelajaran
dalam berbagai format
(multimedia)
sehingga
menjadi
lebih menarik,
dan
terbaru (up
to
date) dari
berbagai sumber,
5.
memungkinkan terjadinya
interaksi
antara
pebelajar dan materi pembelajaran,
6.
mengakomodir perbedaan kecepatan dan gaya
belajar siswa,
7.
mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, dan tenaga,
8.
mendukung perubahan peran guru ke arah
yang
positif
sebagai fasilitator
dan
mediator,
dari
posisi semula sebagai satu-satunya sumber pengetahuan,
9.
meningkatkan keterampilan individu penggunanya.
Penggunaan media harus didasarkan pada
pertimbangan bahwa media
tersebut dapat
memfasilitasi terjadinya
proses
belajar atau meningkatkan pemahaman materi pembelajran.
Tabel berikut
ini menyajikan berbagai karakteristik
media pembelajran.
Tabel 1 Karakteristik
Pembelajaran Berbasis ICT
(Newby, Stepich, Lehman, &
Russell, 2000 dikutip
dalam Craig L. Scanlan, tt)
Peningkatan belajar terjadi
jika media yang digunakan:
|
Benda
nyata
|
Texks
(handout, buku, modul, dll)
|
Spidol,
kapur tulis, papan tulis
|
Slide
OHP, slide
Power
Point
|
Slide
Film 35 mm
|
Video
(tape, CD, DVD, TV)
|
Grafis
(Gambar,
Foto, diagram)
|
Audio
(tape, CD, DVD)
|
Software
Komputer
|
menampilkan gerakan
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
√
|
mengeluarkan suara
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
√
|
menampilkan gambar
nyata
|
|
|
|
|
√
|
√
|
√
|
|
√
|
dapat dibawa ke
mana-
mana
|
|
√
|
|
|
√
|
|
|
|
|
dapat digunakan sebagai
referensi setelah pelajaran di kelas
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
dapat untuk
menggambar,
menulis, atau menandai selama pelajaran
|
|
√
|
√
|
√
|
|
|
|
|
|
memberikan siswa
berinteraksi
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
√
|
dapat digunakan secara
mandiri
|
|
√
|
|
|
√
|
√
|
|
√
|
√
|
dapat digunakan untuk
mengontrol kecepatan belajar
individu
|
|
|
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
dapat dilihat atau disentuh oleh siswa
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
memungkinkan
pengamatan proses berbahaya atau
jauh lokasinya
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
√
|
mudah dimodifikasi
|
|
√
|
√
|
√
|
|
|
|
|
|
mudah diurutkan
|
|
√
|
|
√
|
√
|
|
√
|
|
|
memungkinkan respon
bersama
|
|
√
|
√
|
|
|
|
|
|
|
membentuk sikap
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
menyajikan situasi
pemecahan masalah
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
√
|
3. Manajemen Pengembangan Pembelajaran Berbasis ICT dalam perspektif Islam
a. Materi
pembelajaran harus disampaikan oleh pengajar dalam proses pembelajaran hal ini
sebagaimana firman Allah Swt. QS. An Nahl: 125
Artinya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Materi pembelajaran bermakna bukan hanya instruksional materi
melainkan berbagai sumber belajar yang dapat dimanfaatkan secara langsung
ataupun tidak langsung dalam kehidupan peserta didik sendiri. Kehidupan berkaitan dengan kegiatan dan
interaksi peserta didik dalam membentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Ini bermanfaat untuk kepentingan dirinya sendiri, lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat sekitarnya.
b.
Pembelajaran
ICT menurut Islam
Pembelajaran
ICT menurut Islam merupakan suatu proses, konsep, kebijakan atau inovasi dalam
suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan
pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap. Penerapan tersebut merupakan
suatu proses penerapan konsep, ide, program atau tanaman kurikulum kedalam
praktek pembelajaran atau aktifitas-aktifitas baru. Kreativitas manusia berlaku
pada hal penciptaan yang terus menerus, yaitu mengubah suatu bentuk kebentuk
lain. Kreativitas ini meliputi semua aspek kehidupan manusia, seperti dalam
ilmu pengetahuan, pemikiran, pendidikan dan lain-lain.untuk mencapai hasil
didik yang kreatif guru harus memberi kesempatan kepada subyek didik untuk
leluasa mengembangkan kreasinya. Alat pendidikan, baik perangkat keras maupun
perangkat lunak, harus mendukung pula, kurikulum merupakn isi dari pendidikan
yang perlu diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan terciptanya subyek
didik yang kreatif.
Untuk itu isi kurikulum harus betul-betul diarahkan pada pencapaian tujuan anak
didik yang kretif. Misalnya dengan memperbanyak mata pelajaran dan aktifitas
yang dapat merangsang kretifitas dan inisiatif anak didik, jadi menurut
prisipnya kurikulum harus sesuai dengan keadaan perkembangan psikologi anak
didik, dan harus sesuai dengan masakematangan dari masing-masing masa
perkembangan mereka. Kreativitas manusia terbentang luas, terutama adanya
kenyataan bahwa problem-problem manusia akan terus dating dan satu-satunya
jalan adalah terus memecahkanya.kretifitas manusia didukung dan didorong oleh
agama agar kehidupan manusia menjadi lebih baik, agama memberikan kelapangan
pada manusia untuk berkreasi dengan akal pikiran dan dengan hati nuraninya
(qalbunya) dalam menyelesaikan persoalan-persoalan hidup yang didalamnya. dalam
Al-Qur’an disebutkan:
دَالِكَ بأَنَّ
اللهَ لَمْ يَكَُ مُغَيّرًا نِعْمَةَ اَنْعَمَهُمَا عَلىَ قَوْمٍ حَتىَّ
يُغَيّرُوْا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَاَنَّ الله سَمِيْعَُ عَلِيْمُ
"Yang
demikian (siksaan) itu adalah karma sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan
mengubah suatu nikmat (nasib) yang telah di anugerahkan nya kepada suatu kaum,
ia sendiri yang mengubah dirinya. Sunguh Allah maha mendengar lagi maha
mengetahui " (QS. Al-Anfal : 53)
ِانَّ للهَ لاَ
يُغَيّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتىَّ يُغَيّرُوْا مَا بِأَ نْفُسِهِمْ
"Sungguh,
Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka sendiri yang
mengubah dirinya " (QS. Al-Ra,du : 11)
Usaha yang berhasil biasanya melibatkan pemikiran dan kretivitas,
dengan demikian agama sangat mendukung dan mendorong pengembangan dan
kretivitas. Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang
lebih baik, dalam interaksi tersebut banyak sekali factor yang mempengaruhinya,
baik factor internal yang dating dari dalam diri individu, maupun faktor yang
datang dari lingkungan.
4.
Konsep Manajemen Pembelajaran berbasis ICT
Dalam studi manajemen terdapat berbagai
pandangan yang mencoba merumuskan definisi manajemen. Salah satu rumusan
operasional memungkinkan dapat diajukan, bahwa manajemen adalah suatu proses
social yang berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia
lain serta sumber-sumber lainnya, menggunakan metode yang efisien dan efektif
untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnnya. Konsep manajemen dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1) Manajemen
merupakan suatu proses social yang merupakan proses kerjasama antar dua orang
atau lebih secara formal.
2) Manajemen
dilaksanakan dengan bantuan berbagai sumber seperti manusia, material, biaya
dan sumber informasi.
3) Manajemen
dilaksanakan dengan metode kerja tertentu yang efisien dan efektif, dari segi
tenaga, dana waktu dan sebagainya.
4) Manajemen
mengacu pencapaian tujuan tertentu yang telah ditentukan sebelumnya .
Dari empat karakterisICT tersebut maka diambil satu prinsip
menyeluruh bahwa faktor manusia merupakan kunci dari proses manajemen, yang
melibatkan sumber-sumber yang digunakan, cara yang ditempuh, tujuan yang hendak
dicapai dan kuncinya adalah faktor manusia itu sendiri. Berikut adalah tahapan di dalam mengolah dan menyajikan materi pembelajaran ke dalam media berbasis
ICT.
1. Kumpulkan sumber-sumber
yang memuat materi sesuai
topik-topik
yang
akan diajarkan berdasarkan
kurikulum atau kompetensi
yang
ingin
dicapai. Pemilihan sumber-sumber ini dapat mempertimbangkan isi, tingkat keterbacaan, dan integritas
penulisnya.
Sumber-sumber
ini
dapat
berupa buku, majalah/
jurnal, atau sumber-
sumber di Internet.
2. Buat rancangan struktur isi (outline) media dan urutan penyajian materi serta bentuk
interaksi sesuai dengan alur pembelajaran yang diharapkan. Bentuk-bentuk interaksi
yang dapat dipilih antara lain: drill and practice,
tutorial, permainan (game), simulasi,
eksplorasi, penemuan (discovery),
pemecahan masalah (problem solving).
3. Pilih materi-materi yang sesuai dari sumber-sumber yang sudah terkumpul dan sajikan
isi setiap
topik secara singkat dengan
bahasa yang
sederhana
dan komunikatif,
dilengkapi dengan ilustrasi/visualisasi
dalam bentuk
gambar, grafik,
diagram,
foto,
animasi, atau audio-video. Di dalam memberikan visualisasi materi tekstual,
pengembang media perlu memerphatikan persyaratan VISUALS, yakni (Elang Krisnadi, 2009):
a. Visible (mudah dilihat): jelas, tingkat keterbacaan tinggi, resolusi/ketajaman grafis
tinggi, mengandung
satu makna
b.
Interesting
(menarik): isi
pesan sesuai dengan
kebutuhan
pebelajar (audien),
c.
tampilan baik
dan memikat sehingga
menimbulkan
rasa
ingin tahu,
menjaga kelangsungan proses komunikasi/interaksi/belajar
d.
Simpel (sederhana): pesan terfokus, pemilihan kata/huruf/gambar tidak mengubah
e.
makna
pesan, bahasa dan tampilan lugas
f. Useful
(berguna): sesuai dengan
kebutuhan pebelajar (audien) dan
tujuan pembelajaran maupun hasil belajar yang diinginkan
g. Accurate (tepat): isi pesan mempunyai makna yang tepat, sesuai dengn bidang ilmu, penyampaiannya cermat, didasarkan pada sumber yang dapat dipertang- gung jawabkan
h. Legitimate (absah/benar/logis): isi pesan benar, disusun secara logis, mengikuti kaidah
keilmuan, dan masuk akal
i.
Structure
(terstruktur):
rangkaian pesan
disampaikan secara
sistematis,
dengan
j.
urutan-urutan yang logis dan mudah dipahami.
Terdapat
beberapa model pengembangan
media pembelajaran berbasis ICT, yang
didasarkan pada model pengembangan media secara umum. Pramita Setiyo Rahayu, dalam
skripsinya yang berjudul "Pengembangan Media
Pembelajaran Matematika Interaktif Untuk Memfasilitasi Belajar Mandiri Pada Pokok Bahasan Luas Dan Keliling Bangun Datar Di Kelas Bilingual SMP Tingkat VII"
(2009) merangkum beberapa model pengembangan media
yang dikemukakan oleh beberapa
penulis sebagai berikut.
1. Prinsip pengembangan media menurut William W. Lee dan Diana L. Owens (2004: 162): (1) menyusun sebuah kerangka dari pengembangan alat, pengembangan spesifikasi, dan standarnya; (2) mengembangkan bagian-bagian
dari media yang telah dicocokkan dengan kerangkanya; (3) meninjau dan perbaiki produknya; (4) mengimplementasikan produk
akhirnya.
2. Borg via Sigit (2006:
44-45), menyarankan sepuluh langkah dalam model Research and
Development (R&D),
yaitu: (1)
melakukan pengumpulan informasi; (2)
melakukan
perancangan;
(3)
mengembangkan bentuk
produk
awal; (4) melakukan uji coba lapangan permulaan; (5) melakukan revisi terhadap produk utama; (6) melakukan uji coba lapangan utama; (7) melakukan revisi terhadap uji lapangan utama; (8) melakukan uji lapangan operasional; (9)
melakukan revisi
terhadap produk akhir;
dan (10) mendesiminasikan dan mengimplementasikan produk.
3. Arief S. Sadiman (Rahayu Setyaningsih, 2006) mengemukakan model delapan langkah:
(1) identifikasi kebutuhan;
(2) perumusan tujuan; (3)
perumusan butir materi; (4) perumusan alat
pengukur keberhasilan; (5) penulisan naskah media; (6) uji coba, (7)
revisi; dan (8) produksi media.
4. Entis Sutisna (Rahayu Setyaningsih, 2006: 34-35), menyatakan bahwa langkah untuk
mengembangkan program pebelajaran dengan basis komputer adalah sebagai berikut: (1) perencanaan awal;
(2) menyiapkan materi; (3) mendesain paket program
pembelajaran;
dan
(4) memvalidasi
paket
program pembelajaran.
5. Model
pengembangan menggunakan ADDIE
(Analysis,
Design, Development,
Implementation, Evaluation) yang biasa digunakan oleh para perancang dan pengembang pelatihan.
Selain model-model pengembangan tersebut juga terdapat model pengembangan menurut Thiagarajan dkk,
yaitu
Define (pendefinisian),
Design (perancangan), Develop
(pengem- bangan),
Dessiminate
(pendesiminasian atau penyebaran). Tahap
penyebaran
dilakukan setelah didahului
tahap validasi yang merupakan bagian dari tahap Develop .
5.
Pentingnya Manajemen Pengembangan Pembelajaran
Pengembangan
Pembelajaran harus dilandasi oleh manajemen berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan multidimensional sebagai berikut:
1)
Manajemen
sebagai suatu disiplin ilmu sangat erat kaitannya dengan disiplin ilmu-ilmu
lainnya, seperti filsafat, psikologi, social budaya, sosiologi dan teknologi,
bahkan ilmu manajemen banyak mendapat kontribusi dari disiplin-disiplin ilmu
yang lain. Banyak teori, konsep dan pendekatan dalam ilmu manajemen memberikan
masukan teori ICT dan fundamental bagi pengembangan Pembelajaran. Itu sebabnya
secara konseptual teoriICT ilmu manajemen harus menjadi landasan penting dalam
pengembangan Pembelajaran.
2)
Para
pengembang Pembelajaran mengikuti pola dan alur pikir yang sinkron dengan pola
dan struktur berpikir dalam manajemen. Proses pengembangan tersebut sejalan
dengan proses manajemen yakni bahwa kegiatan pengembangan dimulai dari proses
perencanaan, pengeorganisasian, implimentasi dan kontrol serta perbaikan. Itu
sebabnya setiap tenaga pengembang Pembelajaran.
3)
Implementasi
Pembelajaran sebagai bagian integral dalam pengembangan Pembelajaran
membutuhkan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan prosedur serta pendekatan dalam
manajemen. Implementasi Pembelajaran menuntut pelaksanaan pengorganisasian,
koordinasi, motivasi, pengawasan, sistem penunjang serta sistem komunikasi dan
monitoring yang efektif, tanpa pemberdayaan konsep-konsep manajemen secara
tepat guna, maka implementasi Pembelajaran tidak berlangsung secara efektif.
6.
Ruang lingkup Studi Manajemen Pengembangan Pembelajaran
Studi manajemen Pembelajaran adalah bagian
integral dari studi Pembelajaran. Para ahli pendidikan umumnya dan bidang
pengembangan Pembelajaran dan teknologi pendidikan tentu telah mengenal, bahwa
studi tentang pengembangan Pembelajaran merupakan suatu cabang disiplin ilmu
pendidikan yang mengandung ruang lingkup yang sangat luas. Studi ini bukan saja
mencakup kegiatan mempelajari dasar-dasarnya, tetapi juga mempelajari Pembelajaran
yang dikembangkan dan dilaksanakan pada semua jenjang pendidikan. Disamping itu
meliputi studi yang mendalam tentang bidang-bidang; perencanaan Pembelajaran, manajemen
Pembelajaran, evaluasi dan riset Pembelajaran.
Pokok kegiatan utama studi manajemen Pembelajaran
adalah meliputi bidang perencanaan dan pengembangan, pelaksanaan dan perbaikan Pembelajaran.
Manajemen perencanaan dan pengembangan Pembelajaran berdasarkan asumsi bahwa:
telah tersedia informasi dan data tentang masalah-masalah dan kebutuhan yang
mendasari disusunnya perencanaan yang tepat. Manajemen perbaikan Pembelajaran
berdasarkan asumsi bahwa, perbaikan Pembelajaran sekolah perlu diperbaiki dan
dikembangkan lebih lanjut untuk meningkatkan mutu pendidikan. Evaluasi Pembelajaran
berdasarkan asumsi bahwa, perbaikan, perencanaan dan pelaksanaan Pembelajaran
membutuhkan informasi balikan yang akurat. Dengan demikian jelaslah bahwa
perencanaan dan pengembangan, pelaksanaan, pengadministrasian, evaluasi dan
perbaikan Pembelajaran bergerak suatu sistem dalam siklus yang
berkesinambungan, yang secara bertahap, bergilir, dalam lingkaran proses sistem
pendidikan menyeluruh.
Kehadiran dan
kemajuan ICT di era
komunikasi
global dewasa
ini telah memberikan
peluang dan perluasan interaksi antara dosen/guru/pakar dan mahasiswa,
antar
mahasiswa, antara mahasiswa dan sumber-sumber belajar dapat terjadi kapan saja dan
di mana saja tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Selain itu, dengan bantuan ICT proses
penyampaian dan penyajian materi pembelajaran maupun gagasan
dapat menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Di sisi
lain, kehadiran ICT sebagai teknologi baru memberikan
tantangan
kepada para
dosen dan
guru
untuk mampu
menguasainya
sehingga dapat
memilih dan memanfaatkan ICT secara efektif dan efisien di dalam proses belajar mengajar yang dikelolanya
Manajemen pengembangan Pembelajaran pada
dasarnya berkaitan dengan studi administrasi pendidikan, dimana fungsi
supervisi telah tercakup didalamnya. Untuk memudahkan dalam melakukan
penelitian yang mendalam maka ada baiknya kembali kepada fungsi-fungsi
manajemen yakni: perencanaan, pelaksanaan, supervisi, monitoring, dan evaluasi.
Fungsi-fungsi lainnya seperti: Pengorganisasian, penggerakan motivasi,
koordinasi, pembiayaan dan material, dimasukkan ke dalam fungsi-fungsi pokok
diatas.
B.
Hakekat Teknologi Informasi Dan Komunikasi (ICT)
1. Pengertian Teknologi Informasi
Istilah teknologi informasi (Information Technology) mulai populer
di akhir dekade 70-an. Pada sebelumnya istilah teknologi informasi dikenal
dengan teknologi komputer atau pengolahan data elektronik atau EDP (Elektronik
data Processing). Menurut kamus Oxford, teknologi informasi adalah studi
atau penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer untuk menyimpan,
menganalisis dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata-kata,
bilangan dan gambar. Menurut Atler, Martin dan Lucas dalam Abdul Kadir, teknoogi informasi mencakup perangkat lunak
untuk melaksanakan satu atau sejumlah tugas pemrosesan data seperti menangkap
mentranmisikan, menyimpan, mengambil, memanipulasi atau meampilkan data.
Definisi tersebut dikembangkan oleh Martin yang memberikan makna bahwa
teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat
keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan
informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan
informasi.
Dari definisi Martin dapat dilihat adanya keterkaitan antara teknologi
informasi dan komunikasi, teknologi informasi lebih pada sistem pengelolaan
informasi sedangkan teknologi komunikasi berfungsi untuk pengiriman informasi (Information
Delivery). Secara umum Lucas menguraikan definisi teknologi informasi yang
dijelaskan sebagai berikut:
“Teknologi
informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan
mengirimkan informasi dalam bentuk elektronik, micro kumputer, komputer
mainframe, pembaca barcode, perangkat lunak pemroses transaksi, perangkat lunak
lembar kerja (worksheet) dan peralatan komunikasi dan jaringan merupakan
contoh teknologi informasi”.
Sementara Wawan Wardiana mengemukakan bahwa
Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengelolah
data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun menyimpan, memanipulasi data
berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi
yang relevan, akurat, tepat waktu yang digunakan untuk keperluan pribadi,
bisnis dan pemerintahan yang merupakan aspek strategis untuk pengambilan
keputusan.
Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer
untuk mengelola data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan
komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan telekomunikasi digunakan
agar data dapat disebar dan diakses secara global. Everett M Rogers dalam
bukunnya Comunicaion Technology, mengemukakan bahwa teknologi informasi
merupakan perangkat keras yang bersifat organisatoris dan meneruskan
nilai-nilai sosial dengan siapa individu atau khalayak mengumpulkan, memproses
dan saling mempertukarkan informasi dengan individu atau khalayak lain.
Peran yang dapat diberikan oleh aplikasi teknologi
informasi ini adalah mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi seperti
tentang kesehatan, hobi rekreasi dan ruhani. Kemudian untuk proses seperti
Sains, perdagangan, berita bisnis dan asosiasi profesi. Sarana kerja sama
antara pribadi atau kelompok yang satu dengan pribadi atau kelompok lainnya
tanpa mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau
faktor lainnya yang dapat menghambat bertukar pikiran.
2.
Langkah-langkah
Pengembangan Pembelajaran berbasis ICT
Langkah-langkah pengembangan Pembelajaran
dilakukan dengan mengembangkan keempat komponen-komponen utama Pembelajaran,
yaitu mengembangkan tujuan, materi atau bahan dan isi, strategi/metode, dan
evaluasi. Setiap komponen Pembelajaran merupakan suatu kesatuan yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya. Dengan
berpedoman pada komponen-komponen Pembelajaran tersebut, maka pengembangan Pembelajaran
berbasis ICT dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Mengembangkan
tujuan Pembelajaran pendidikan berbasis ICT
2)
Mengembangkan
materi pendidikan berbasis ICT
3)
Mengembangkan
metode Pembelajaran pendidikan berbasis ICT
4)
Mengembangkan
evaluasi Pembelajaran pendidikan berbasis ICT
3.
Penilaian
dan Evaluasi Pembelajaran berbasis ICT
Penilaian
Pembelajaran sebagai proses, meliputi: a. penilaian Pembelajaran yang dilakukan
terhadap unsur tertentu pelaksanaan perangkat Pembelajaran. b. penilaian Pembelajaran
yang dilakukan terhadap keseluruhan pelaksanaan perangkat Pembelajaran. Penilaian
Pembelajaran berfungsi untuk: 1. Mendiagnosa (to diagnose) kegagalan
atau kelemahan pelaksanaan Pembelajaran 2. Merevisi (to revise) untuk
mengantisipasi kekurangan atau kelemahan selama pelaksanaan Pembelajaran 3.
Membandingkan (to compare) dengen Pembelajaran sebelumnya atau dengan Pembelajaran
luar dalam upaya mencapai bentuk kesempurnaan. 4. Mengantisipasi
kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan bidang pendidikan (anticipate
educational needs), dan 5. Menentukan tujuan yang sudah tercapai (to
determine if objective have been achieved). Dalam membuat perencanaan,
melakukan pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi Pembelajaran, prinsip-prinsip
ilmu pengetahuan dan teknologi harus diperhaICTan. Demikian pula dengan
penggunaan sarana berbasis teknologi yang diperlukan agar pelaksanaan
berlangsung dengan efisien dan efektif.
4.
Manajemen
Pembelajaran Pendidikan dan ICT.
Teknologi
pendidikan memegang peranan yang penting, terutama setelah berkembangnya teknologi
informasi dan komunikasi (ICT), dimana komputer menjadi bagian integral
didalamnya. Teknologi pendidikan dan berbagai alternatif pendidikannya untuk masa sekarang dan masa
akan datang mendorong pengajar memanfaatkan seoptimal mungkin penggunaan komputer
tersebut dibidang pendidikan. Teknologi pendidikan dapat didefinisikan sebagai
berikut:
1. Teknologi
pendidikan merupakan pengembangan, penerapan, dan penilaian sistem-sistem,
teknik-teknik dan alat-alat baru untuk memperbaruhi proses pembelajaran.
2. Teknologi
pendidikan adalah penerapan pengetahuan ilmiah tentang belajar dan kondisi
belajar untuk memperbaiki efektifitas dan efisiensi pengajaran dan pelatihan.
Teknologi pendidikan melaksanakan teknik-teknik pengujian empirik untuk
memperbaiki situasi-situasi belajar.
3. Teknologi
pendidikan adalah suatu cara sistemaICT tentang perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian keseluruhan proses belajar dan mengajar dalam kerangka tujuan-tujuan
khusus, berdasarkan penelitian dalam belajar dan komunikasi dan mendayagunakan
sumber-sumber manusiawi dan non manusiawi menuju ke pengajaran yang lebih
efektif.
Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa teknologi
pendidikan merupakan pendekatan sistematis dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi proses pembelajaran. Dengan adanya teknologi pendidikan maka akan
terjadi kemudahan dalam mengembangkan manajemen pendidikan sebagai berikut:
1. Terjadinya
perubahan gradual ke arah pendekatan belajar yang lebih berpusat pada peserta
didik (student centered approach learning). Perubahan ini ditandai oleh
semakin bertambahnya penggunaan media belajar yang diindividualisasikan.
2. Pertambahan
secara eksplosif penggunaan teknologi informasi dan komunikasi secara praktis
dalam semua aspek Pembelajaran pendidikan.
Di dalam memilih pembelajaran ICT yang sesuai dengan hasil belajar yang diinginkan, Gagné, Briggs,
dan Wager (1992 dikutip dalam Craig L. Scanlan, tt) merekomendasikan kriteria eksklusi
(hindari) dan inklusi (pilih)
hal ini sebagai inspirasi penulis makalah sebagai
berikut:
Perbandingan hasil yang ingin
dicapai dalam pengembangan pembelajaran mutu berbasis ICT adalah sebagai
berikut:
Memilih Pembelajaran Konvensional dan ICT
Hasil Belajar
|
Eksklusi (hindari)
|
Inklusi (pilih) ICT
|
Keterampilan
intelektual
|
Media yang memiliki fitur interaktif
|
Media yang memberikan umpan balik terhadap respon pebelajar.
|
Strategi kognitif
|
Media yang memiliki fitur interaktif
|
Media yang memberikan umpan balik terhadap respon pebelajar.
|
Informasi verbal
|
Peralatan saja
atau simulator
tanpa dilengkapi komponen verbal.
|
Media yang mampu memberikan
pesan verbal dan penjelasan.
|
Sikap
|
Peralatan saja atau simulator
tanpa dilengkapi komponen verbal.
|
Media yang menyajikan perilaku atau aktivitas
maupun percakapan manusia.
|
Keterampilan
motorik
|
Media yang tidak menerima respon dan memberikan umpan balik kepada
pebelajar.
|
Media yang memungkinkan pebelajar mepraktekkan keterampilan secara langsung,
kemudian memberikan
umpan balik.
|
Pertama Pembelajaran
pendidikan dan teknologi pendidikan berbasis ICT lebih menunjang daripada cara-cara lama, Kedua walaupun
demikian teknologi pendidikan juga berfungsi memperkuat pengembangan Pembelajaran
peserta didik.
BAB III
KESIMPULAN
1. Mengembangkan
Pembelajaran berbasis ICT atau Teknologi Informasi dan Komunikasi, harus
mengedepankan mutu pendidikan. Karena kualitas pendidikan sangat menentukan
daya saing peserta didik di masa mendatang. Mutu pendidikan dapat dilakukan
dengan pengukuran dari hasil belajar siswa.
Hasil belajar merupakan
indikator bahwa seseorang
telah mengalami proses belajar
sehingga pengembangan Pembelajaran akan tercapai jika hasil belajar dan mutu
pendidikan semakin baik.
2. Materi
pembelajaran bermakna bukan hanya instruksional, melainkan berbagai sumber belajar
yang dapat dimanfaatkan secara langsung ataupun tidak langsung dalam kehidupan
peserta didik sendiri. Kehidupan berkaitan dengan kegiatan dan interaksi
peserta didik dalam membentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Ini
bermanfaat untuk kepentingan dirinya sendiri, lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat sekitarnya.
3. Hasil
pengembangan Pembelajaran berbasis ICT berpijak pada: 1. Mendiagnosa (to
diagnose) kegagalan atau kelemahan pelaksanaan Pembelajaran 2. Merevisi (to
revise) untuk mengantisipasi kekurangan atau kelemahan selama pelaksanaan Pembelajaran
3. Membandingkan (to compare) dengen Pembelajaran sebelumnya atau dengan
Pembelajaran luar dalam upaya mencapai bentuk kesempurnaan. 4. Mengantisipasi
kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan bidang pendidikan (anticipate
educational needs), dan 5. Menentukan tujuan yang sudah tercapai (to
determine if objective have been achieved).
4.
Pembelajaran
pendidikan dan teknologi pendidikan saling melengkapi, teknologi pendidikan berfungsi
memperkuat pengembangan Pembelajaran, sedangkan Pembelajaran pendidikan
dikembangkan dengan cara memperkuat sistem Teknologi Informasi dan Komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,
Adi. 2007. Pengembangan Pembelajaran Teori dan Praktis,Yogyakarta: ar
Ruzz Medi.
Arikunto,
Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan PrakICT, Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Dakir.H,
2004. Perencanaan dan pengembangan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Citra.
IKAPI,
Anggota, Sistem Pengajaran 1992. Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI) dan Pertimbangan Metodologisnya, Yogyakarta : Kanisius.
Lewey, Arieh.
1983. Merencanakan Pembelajaran Sekolah, Jakarta: Bathara.
Munir, 2008. Pembelajaran
Berbasis Teknologi dan Komunikasi, Bandung: Alfabeta.
Muhaimin,
2009. Pengembangan Pembelajaran PAI , Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nasution, S.
1995. Asas-asas Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.
Nurgiyantoro,
Burhan. 1988. Dasar-Dasar Pengembangan Pembelajaran Sekolah (Sebuah
Pengantar Teoritis dan Pelaksanaan), Jakarta: Bumi Aksara.
Sukmadinata,
Nana Syaodih. 1999. Pengembangan Pembelajaran Teori dan Praktek, Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sonarto dan
Gora Winastwan. 2010. PakemaICT Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis ICT,
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta : Bumi Aksara,
1995), h. 1.
Burhan Nurgiyantoro, Dasar-Dasar
Pengembangan Kurikulum Sekolah (Sebuah Pengantar Teoritis dan Pelaksanaan),
(Jakarta : Bumi Aksara,1988), h. 60
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan
Kurikulum Teori Dan Praktek, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 5
[4] Arieh Lewey, Merencanakan Kurikulum Sekolah, (Jakarta :
Bathara, 1983), h. 9
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor : 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen & Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor :
20 Tahun 2003
Tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Beserta
Penjelasannya, (Bandung : Fermana, 2006), h . 85
Sukmadinata, Pengembangan, h. 151
Winastwan Gora
dan Sunarto, PAKEMAICT Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis ICT
(Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2010),
h. 2
Munir, Kurikulum
Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Bandung : Alfabeta, 2008), h.
5
Anggota IKAPI,
Sistem Pengajaran : Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) dan
Pertimbangan Metodologisnya, (Yogyakarta : Kanisius, 1992), h. 14
Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan PrakICT, (Jakarta : PT.
Rineka Cipta, 2006), h. 13
Munir, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Bandung :
Alfabeta, 2008), h. 15
Adi
Abdullah. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktis, (Yogyakarta: ar-Ruzz
Medi, 2007), h.19
H
Dakir. Perencanaan dan pengembangan kurikulum (Jakarta: Rineka Citra.
2004), h.35
Muhaimin , Pengembangan
Kurikulum PAI , (Jakarta: Raja Grafindo , Persada , 2009) h. 31